Ambillah Waktu...

Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan.
Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahsia dari masa muda yang abadi.
Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan.
Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan.
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan.
Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan.
Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah muzik yang menggetarkan hati.
Ambillah waktu untuk memberi, itu adalah membuat hidup terasa bererti.
Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan.
Ambillah waktu untuk beramal, itu adalah kunci menuju syurga.

Petikan dari:http://www.muslimdiary.com/readarticle.php?article_id=1383

fight AIDS, fight the HATE

AIDS is a global tragedy that requires compassion, not fear. people living with HIV are just like you and me, but they need our help. Hear their stories- and learn how you can help.

5 Jan-3 Feb @ SMU,Campus Green.

For more info, please visit www.onelife.org.sg

To all ladies out there...

Hadiths for today

Selamat Tahun Baru 1429H

Sempena tahun baru Masehi & Hijrah ini,ramai diantara kita mempunyai resolusi yang inginkan kehidupan yang lebih baik pada tahun ini. Tidak terlalu lewat bagi Young Sultan untuk mengucapkan Selamat Tahun Baru kepada semua. :)

Saya juga ingin kita semua perhatikan sebuah puisi tentang ilmu,cara pencariannya, cara pengambilannya dan bagaimana menilai serta mempertimbangkannya. Setiap hari kita berhadapan dengan informasi, baik dari media massa mahupun dalam kelas. Saya menginginkan kita semua mempunyai pandangan yang kritis sebelum kita boleh menerima sesuatu informasi yang baru kita perolehi itu. Cuba perhatikan puisi dibawah ini:-

Tidak jatuh martabat kita jika bertanya kepada
yang a’lamu
Pepatah kita, “Malu bertanya sesat jalan”, lupakah
kamu?
Itu ajaran Qur’an: fas alu ahla zikri inkuntum
la-ta’lamun.
Sesungguhnya bertanya tidak semudah yang
dianggap umum –
Pertama, kau harus insaf dan sedar akan
kejahilanmu akan sesuatu
Kedua, harus kenal pasti alim yang bakal
kaurujuk membantu.

Jangan dilihat kepada ayat-ayat hafalan yang lahir
dari lidahnya
Jangan terkesan dengan labuh jubah dan warna
janggutnya
Jangan terikat jaminannya memberi syurga di Sini
atau Sana
Tapi lihatlah penjelasannya tentang perkara asas
lagi penting
Kebolehannya menghurai, mengupas, menolak,
tidak melenting
Kesanggupannya mengamalkan ilmu, sederhana,
tidak sumbing.

Keberaniannya mempertahankan ilmu di depan
ahli, penguasa
Keadilannya meletakkan setiap sesuatu benar di
tempatnya.
Itulah neraca bukan rekaan khayalan hamba
Ijma hukama kita paling wibawa. Fahami jua.

Oleh: Prof Dr Wan Mohd Nor Wan Daud

p/s: Selamat Hari Lahir Nisa.

Friday Sermon 4/1

Maktoum: "I'm Arab.I'm proud of my roots and my ancestors.They are great people!"

Raj: "I'm Indian. India is the place of culture and i'm proud of my way of life."

Ahmad: "I'm Malay. Proud to be the inhabitants of this sacred land. Bumitera."

Let us avoid the evil of pride Allah created mankind into races & nations with its own strengths & weaknesses for us to learn from each other.

A Brother Like That

Shuaib received an automobile from his brother as a Eid present. On Eid day when Shuaib came out of his office, a street urchin was walking around the shiny new car, admiring it. "Is this your car, Uncle?" he asked. Shuaib nodded. "My brother gave it to me for Eid." The boy was astounded.

"You mean your brother gave it to you and it didn't cost you nothing? Boy, I wish…" He hesitated. Of course Shuaib knew what he was going to wish for. He was going to wish he had a brother like that. But what the lad said jarred Shuaib all the way down to his heels. "I wish," the boy went on, "that I could be a brother like that." Shuaib looked at the boy in astonishment, then impulsively he added, "Would you like to take a ride in my automobile?" "Oh yes, I'd love that."

After a short ride, the boy turned and with his eyes aglow, said, "Uncle, would you mind driving in front of my house?" Shuaib smiled a little. He thought he knew what the lad wanted. He wanted to show his neighbors that he could ride home in a big automobile. But Shuaib was wrong again. "Will you stop where those two steps are?" the boy asked. He ran up the steps. Then in a little while Shuaib heard him coming back, but he was not coming fast. He was carrying his little crippled brother. He sat him down on the bottom step, then sort of squeezed up against him and pointed to the car.

"There she is, uncle, just like I told you upstairs. His brother gave it to him for Eid and it didn't cost him a penny. And some day I'm gonna give you one just like it…then you can see for yourself all the pretty things in the Shop windows that I've been trying to tell you about."

Shuaib got out and lifted the boy to the front seat of his car. The shining-eyed older brother climbed in beside him and the three of them began a memorable holiday ride. That Eid, Shuaib learned what the Rasul-Allah meant when he had said: "love for your brother what you love for yourself".